Kamis, 02 Juni 2011

Tentara Minangel kalahkan Napoleon


Sepak terjang 3 haji dari Ranah Minangel, Haji Miskin – Haji Sumanik – Haji  Piobang.
Selama ini kita hanya mengetahui sedikit sekali sejarahnya dan siapa sangka, bahwa ketiga orang Minangkabau itu di tahun 1798 sudah berhasil melumpuhkan tentara Napoleon Bonaparte di Pertempuran Pyramids.
Tokoh tersebut adalah yaitu Haji Piobang, Haji Sumanik dan haji Miskin. Mereka menjadi tentara Turki di bawah Jenderal Muhammad Ali Pasha, sebagai Janissary Cavalry (tentara berkuda) dan Artillery serta Haji Miskin sebagai ahli tempur Padang Pasir (Hermit). Kemenangan dalam pertemuran tersebut sekaligus menghambat gerakan Napoleon untuk memasuki kawasan Asia seperti India dan Indonesia (Onggang dalam buku Tuanku Rao ; hal , 91).
Menurut buku tersebut, Haji Piobang, Haji Sumanik dan haji Miskin meninggalkan  kampung halaman Minangkabau selama 16 tahun  karena belajar di Universitas Al Azhar di Mesir dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup seorang Minangkabau.
Semasa belajar di Mesir, ketiga haji tersebut terpaksa harus masuk bergabung menjadi prajurit Turki yang waktu itu menguasai Mesir. Karena bakat dan keteguhan hati pemuda Minangkabau yang pemberani dan keberhasilannya dalam berperang yang dimilikinya semasa menjadi tentara Turki dan Timur Tengah telah berhasil membanting pasukan Napoleon Bonaparte di medan tempur Pyramids yang terkenal itu. Kemudian tokoh pemuda Minangkabau menjadi terkenal di dunia tempur Padang pasir sehingga mereka mendapat kenaikan pangkat dari captain menjadi colonel Cavalry Piobang dan Mayor Artillery Sumanik serta sang Perwira Hermit Haji Miskin. Ketiga nama ini terkenal dalam perang hidup mati di padang pasir (hendra maut), di bawah komando Jenderal Muhammad Ali Pasha (Turki) kira-kira di tahun 1800.
Ketiga haji ini pulang dari tanah suci ke Minangkabau Indonesia. Kepulangan ketiga haji tersebut bersama satu orang lainnya yaitu seorang haji dari Sulu Philipina bernama Haji Datuk Onn – atas saran dari Abdulah Ibnu Saud  penguasa Arab Saudi waktu itu yang beraliran Wahabi (Onggang, Buku Tuanku Rao, hal; 92). Empat orang haji ini pulang bersama menuju daerah asal masing masing dengan tekad untuk menegakkan dan memurnikan Islam sekaligus mengusir penjajah yang menguasai daerah mereka (Belanda di Indonesia dan Spanyol di Pilipina).
Sesampai di Minangkabau ketiga haji Minangkabau ini bertemu dengan Tuanku nan Renceh seorang ulama terkemuka alumni Universitas Ulakan Pariaman, serta alumni Pendidikan Islam Koto Tuo dan perguruan Islam lainnya.  Mereka menyusun Negara Darul Islam tahun 1804 – 1821. Menurut catatan sejarah  dalam buku “Tuanku Rao oleh M. Onggang P”, Tuanku Nan Renceh bersama ke tiga haji yang baru datang tersebut segera menyusun rencana pembersihan Islam di Minangkabau.
Selanjutnya segera menyusun Negara Darul Islam di markas Kamang Agam. Maka lahirlah negara “Darul Islam” dengan pasukan tempur dibawah komondo Haji Piobang dan Haji Miskin serta Haji Sumanik yang ahli dalam banyak peperangan di Timur Tengah dan Turki yang dinamakan Tentara Paderi (Kaum Putih).
———————
Teks dari sumber lain menyebutkan demikian:
Gerakan Paderi dilatarbelakangi perintah langsung Abdullah Ibn Saud, Raja Arab Saudi, kepada tiga tawanan perang bersuku bangsa Minangkabau: Kolonel Haji Piobang, Mayor Haji Sumanik, dan Haji Miskin. Mereka bertiga dirangket saat pasukan Wahabi merebut Mekkah dari tangan pasukan Turki 1802. Para pecundang tidak dihukum mati. Boleh lepas bebas. Kompensasinya: mereka harus membuka cabang Gerakan Wahabi sesampai di kampung halaman. Agar Hindia Belanda terbebas dari penguasa penjajah kafir dari Eropa. Maklum, Hindia Belanda dipandang sebagai mitra strategis kerajaan Arab Saudi.
Kemerdekaan tanah Arab, sebagaimana dialami Abdullah Ibn Saud, hanya bisa direbut dari Kesultanan Turki-Osmani dengan membentuk tentara modern. Pembentukan pasukan Wahabi Minangkabau dipercayakan kepada Kolonel Haji Piobang. Dia bekas perwira kavaleri Yanitsar Turki di bawah komando Muhammad Ali Pasya. Berkat Haji Piobang, bala tentara Turki berjaya menumbangkan pasukan Napoleon dalam pertempuran Piramid di Mesir 1798. Muhammad Ali Pasya pun menghadiahi Haji Piobang pedang kebesaran. Senjata itulah kelak yang dihibahkan bagi Tuanku Lelo, pahlawan Paderi yang gagah perkasa, tak lain nenek moyang Onggang Parlindungan.


Sumber: Minang in trueHistory